Para Pemberi Yang Membimbing Kita Menuju Kecerdasan

Dunia ini begitu gelap dan mencekam, lalu para pemberi itu datang dan menuntun kita menuju pencerahan. Orang tua, merekalah yang memberi arahan agar kita, anak-anak mereka, tak salah jalan.

Vivit Wijayanti
3 min readSep 30, 2021
source: dribbble.com

Tidak ada satu orang pun yang mampu mengingat apa yang terlihat di dalam perut Ibu sebelum mereka dilahirkan ke dunia ini — dunia yang penuh tipu dan, kadang, gurauan yang tak lucu.

Jika ditanya, “Apa yang kamu ingat di dalam sana?” Mungkin jawabnya akan seperti, “Gelap, semuanya gelap!” lalu Ibu melahirkan kita dan memberikan kesempatan untuk bermandikan cahaya dunia.

Awalnya, dunia ini begitu asing. Lalu, kita belajar mengenali orang-orang disekitar, jatuh bangun berusaha duduk, merangkak, berjalan, berlari, kemudian menaiki sepeda. Mengayuhnya secepat mungkin sampai lupa caranya berhenti. Terjatuh lalu menangis. Ibu pun menghampiri kita dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja, lukanya akan cepat sembuh, katanya. Ayah hanya mengawasi dari jauh lalu tersenyum dengan bangga melihat anaknya mempunyai pengalaman baru — jatuh dari sepeda.

Ayah dan Ibu akhirnya mulai percaya kalau kita sudah siap dilepas ke dunia — ke sekolah. Mereka mempercayakan kita pada guru, para pemberi lainnya.

Seperti tanaman yang menyerap sinar matahari di kala pagi, kita belajar kalau ternyata pohon juga bernafas, layaknya manusia. Pulang sekolah dan kembali ke rumah. Disambut oleh makan siang di atas meja dan kasur yang empuk untuk tidur siang.

Oh, dunia yang begitu sederhana, aku mencarimu yang pergi entah kemana…

Ketika beranjak dewasa, hati ini semakin sering sakit. Air mata semakin sering menetes bukan karena teman merebut boneka atau mainan robot lainnya, tapi karena pahitnya dunia orang dewasa. Kata ‘Ampun’ tiba-tiba hilang dari kamus besar bahasa. Waktu istirahat pun lenyap begitu saja. Semakin banyaknya cambukan di punggung ini, semakin sadar bahwa Ayah dan Ibu sudah lebih dulu melewati jalan yang sama, yang terjal penuh batu kerikil panas membara.

Jika menjadi dokter dan guru ada sekolahnya, menjadi orang tua tidak ada institusi pendidikannya, selain sekolah Kehidupan. Ibu pernah bilang, “Sudah lebih dari 20 tahun mengurus kalian, Ibu masih tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang tua yang seutuhnya.”

Bu… Aku tidak tahu harus berkata apa…

Perlahan, semua kesalku di masa kecil, luka dalam lubuk hati karena sempat merasa terabaikan pun sirna begitu saja. Apakah pantas aku masih merasa marah pada mereka? Setelah tahu lelahnya mendaki bukit di bawah matahari yang terik dan ular berbisa yang mendesis, mengancam. Aku rasa tidak. Memangnya, siapa yang tahu caranya menjadi orang tua yang benar-benar benar?

Dunia yang dulu gelap gulita menjadi terang. Menaiki sepeda tidak sulit lagi. Berenang dari ujung ke ujung kolam jadi mudah. 1 buku… 2 buku… 3 buku… banyak buku sudah dibeli, dibaca, dan dipajang di lemari. Lebih dari satu kota sudah disambangi. Banyak pengalaman baru yang menegangkan, kadang menakutkan, yang telah didapat dan dicermati.

Semua ini berkat siapa lagi, kalau bukan Ayah dan Ibu. Dua sosok manusia yang menuntun tanganku dari dalam kegelapan menuju cahaya pengetahuan. Suatu hari nanti tanganku tidak akan kau genggam lagi. Suatu hari nanti kau akan mencapai titik itu, dimana rasa lelah tidak dapat lagi dilawan, tapi aku akan terus berjalan membawa semua lilin-lilin yang sudah kau nyalakan, dan menjaganya agar tetap menerangi kegelapan, di jalan para pendatang masa depan.

Untuk Ayah dan Ibu, ‘terima kasih’ adalah kata yang terlalu sederhana, tapi aku yakin jauh di dalam lubuk hatimu, engkau tahu perasaanku yang sesungguhnya.

Dengan cinta,

Anakmu yang masih berjuang mencari makna.

Tantangan menulis topik kelima tentang orang tua.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Vivit Wijayanti
Vivit Wijayanti

Written by Vivit Wijayanti

I transform ideas into engaging narratives that captivate, inspire, and connect. Social Media Copy | SEO Article | Copywriting Tips | Life | ig: @vivitwij

No responses yet

Write a response