Nggak Kayak Emily Juga Sih

Ini bukan artikel informatif. Ini cuma secuil curhatan soal petualangan hidup terbaru. Eh, Emily siapa? Ya Emily di Paris yang serial TV itu.

Vivit Wijayanti
4 min readFeb 6, 2022
Emily in Paris Netflix

Hidup itu kayak cuaca. Dia cuma bisa ditebak dan diprediksi, tapi nggak selalu bisa tepat. Kemarin hujan lebat, hari ini cuma mendung aja. Siapa yang tau besok bakal cerah atau justru lebih gelap?

Terus apa hubungannya sama Emily? Sabar, cerita dulu.

Banyak hal yang jadi berantakan sejak 2020. Tahun 2021 semua orang ngerasa di puncaknya capek, ngga yakin bisa ngelewatin semua ini apa enggak. But now here we are, di 2022.

Entah gimana caranya, you’ve saved yourself or your business or anything that you deem important. You’re here. Kalau di drama korea, “왔어!” alias, udah di sini loh aku ini!

I’m also here, moved to a new place, 2 hours and 30 minutes away from home by train because I said “Yes!” to a new job.

Job nya kayak Emily gitu ya? Ya, nggak juga sih, haha. Emily kan Social Media Executive yang punya gelar S2 dan udah bertahun-tahun pengalaman di dunia Marketing, kalau aku Social Media Content yang masih bau bawang.

Emily in Paris Netflix

Sedikit kilas balik, waktu itu internship ku as the Head of Content udah selesai di Desember. Beberapa hari lagi udah ganti tahun dan belum ada job application yang lolos.

Nggak sedih sih, cuma was-was aja. Tapi Allah ngasih aku kejutan di hari-hari terakhir Desember. Aku dapet offer untuk posisi Social Media Content. And as I mentioned before, I said “Yes!”.

Lucu ya? Ngurusin media sosial itu aku lakuin buat have fun, lho.

Contohnya aku bikin The After Curfew book club setelah aku berhenti jadi English Teacher. Saat itu aku ngerasa butuh tempat untuk terus pake English-ku, jadi deh The After Curfew.

Waktu internship juga aku bikin caption untuk akun media sosial company, tapi cuma sebatas itu. Nggak ada kelas atau webinar apapun soal Social Media yang aku ikutin. Justru aku rajin banget baca-baca dan ikut kelas SEO dan Content Writing yang lebih ke long-form.

Terus, Emily gimana nih Emily? Etdah lama. Iya dah ini mari kita bahas.

Emily in Paris Netflix

Setiap aku jelasin job descriptionku ke temen-temen yang nanya, mereka (yang udah nonton Emily in Paris) pasti nyeletuk, Kayak Emily dong!”

Ya samanya sih cuma sebatas bikin konten buat social media presence nya klien aja :”) Aku nggak se-fashionable mbak Lily Collins di serial TV ini juga sih, nggak cocok juga pake baju warna-warni di sini, bisa dikira ondel ondel ntar.

Mungkin karena si Emily ini udah mid-level, alias executive yang dipercaya bos nya untuk gantiin dia ke Paris, jadi dia bisa secepat itu dapet ide. Mana ide kontennya selalu kaya ada aja gitu jalannya, pasti melejit. Ya namanya juga scripted ya, hahaha.

So this is something new for me. Bisa diliat dari seberapa nggak aktifnya aku di The After Curfew atau akun booktweet karena I’m still trying to wrap my head around all these. Plus, buku-buku TBR ku belum sempat dibawa kesini, jadi belum bisa lanjutin TBR SEDIH BANGET!

Terus key takeaways nya apa nih? Tsaahh, gaya bener.

  1. Gabriel ganteng
  2. Jadi anak konten sosmed artinya harus sering scroll sosmed :-( #RIPClearVision
  3. Emily nggak keliatan bikin Editorial Plan tiba-tiba udah present di depan klien aja, itu bisa jadi pertanyaan doi begadang atau enggak ya? atau emang dia pinter time management aja sih. Time Management is key.
  4. A strong support system itu penting, karena aku gabisa sampe di titik ini kalau bukan karena mereka yang bikin aku pede. Emily punya Mindy yang selalu ada buat dia. You have to have a Mindy too.
  5. Said “Yes!” untuk kesempatan di hal-hal yang bikin kamu penasaran dan kamu mau coba. Then, you can analyze if it’s good for you or not in the long run. Zona belajar itu emang nggak nyaman banget. Kalau kamu ngga penasaran atau pengen tau sama hal baru ini, akan sulit untuk keep the optimism high.

Finally, kalau kata Emily in Paris, Believe in your ideas and yourself until the very last minute.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Vivit Wijayanti
Vivit Wijayanti

Written by Vivit Wijayanti

I transform ideas into engaging narratives that captivate, inspire, and connect. Social Media Copy | SEO Article | Copywriting Tips | Life | ig: @vivitwij

Responses (1)

Write a response

Makasih ceritanya mbak Vivit.
Memang kadang motivasi kita untuk berubah itu tidak bisa mengandalkan dari diri sendiri, karena pada dasarnya kita sering tidak peduli dengan diri sendiri, tapi ketika itu melibatkan orang lain, kita jadi berpikir untuk mengubahnya.